Falsafah Cinta
FALSAFAH CINTA
A.
Latar Belakang
Filsafat muncul ketika orang-orang
mulai berpikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan
disekitar mereka.
Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak
bisa dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim
mengatakan: “Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila
didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak
jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” (Madarijus Salikin,
3/9)
Dalam
perumusan suatu ilmu ataupun pengetahuan sebelum secara konkrit disebut sebagai
ilmu dan pengetahuan tentunya ada rumusan yang dianggap mampu memberikan
nilai-nilai yang mendekati suatu kesempurnaan berfikir sehingga pada akhirnya
sesuatu itu dikatakan sebagai ilmu atau pengetahuan. Dalam kajian itupula
ternyata harus melalui suatu proses yang oleh parah ahli disebut berfilsafat.
B.
Rumusan Masalah
1. Mengapa Banyak orang yang salah
mengartikan Cinta?
2. Di mana letak cinta yang sesungguhnya
?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Apa itu Filsafat Cinta.
2. Memahami Hakikat Cinta.
3. Realitas tentang Cinta di hari ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cerita Tentang Cinta dari Seorang Filsuf
Suatu
hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya?
Gurunya menjawab, “Ada ladang gandum yang luas didepan sana, berjalanlah kamu
dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting, Jika kamu
menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah
menemukan cinta”, Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali
dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun., Gurunya bertanya, “Mengapa kamu
tidak membawa satupun ranting?” Plato menjawab, “Aku hanya boleh membawa satu
saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)”. Sebenarnya aku
telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang
lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat
kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ranting-ranting
yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil
sebatangpun pada akhirnya”.
Gurunya kemudian menjawab ” Jadi ya
itulah cinta”. Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya,”Apa itu
perkawinan?Bagaimana saya bisa menemukannya?”, Gurunya pun menjawab “Ada hutan
yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan
kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan
pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu
perkawinan”. Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan
membawa pohon., Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga
terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja. Gurunya bertanya, “Mengapa kamu
memotong pohon yang seperti itu?” Plato pun menjawab, “sebab berdasarkan
pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku
kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan
kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan
membawanya kesini., Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”.
Gurunya pun kemudian menjawab, “Dan ya itulah perkawinan”.
Cinta
mengatasi [berada di atas] hukum, dan hukum berada di bawah cinta. Keduanya tak
dapat dibandingkan. Yang satu dari langit, yang satu dari bumi. Bila cinta
mati, hukum mulai hidup. Maka, hukum tak pernah menemukan tempat bagi cinta,
demikian pula cinta tak dapat membatasi diri dengan hukum; hukum itu terbatas,
dan cinta itu tak berbatas. Seseorang tak dapat memberi alasan mengapa ia
mencintai orang tertentu, karena tiada alasan bagi segalanya kecuali cinta.
Tatkala seorang filosof sedang jatuh cinta dengan seorang gadis cantik.
“Apa yang bisa dia katakan kepada
gadis itu”.,
Mungkin dia akan mengatakan
"Logikaku tak pernah habis mengurai tubuhmu".
Atau " Wahai gadis, bisakah kita
membuat sintesis psikologis yang menguntungkan?"
Atau " Perempuan, bau rambutmu
sangat mengganggu pikiranku. AKu ingin melumat tubuhmu hingga tak tersisa, biar
nalarku kembali bekerja"
Atau mungkin dia akan berkata
"kekasihku, kau telah runtuhkan logikaku, dan menyisakan senyawa cinta.
Kurasa, aku telah jatuh cinta".
B. Filsafat cinta (pemikiran tentang cinta )
1.
Pengertian filsafat.
Filsafat
adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu
secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan
segala hubungan.
2.
Pengertian Cinta
Cinta
adalah perasaan hangat yang mampu membuat kita menyadari betapa berharganya
kita, dan adanya seseorang yang begitu berharga untuk kita lindungi.
Cinta
tidaklah sebatas kata-kata saja, karena cinta jauh lebih berharga daripada
harta yang melimpah, termahal di dunia pun. Saat seseorang memegang tanganmu
dan bilang Aku cinta kam pasti menjadi perasaan hangat yang istimewa, Karena
itu, saat kamu sudah menemukan seseorang yang begitu berharga buat kamu, jangan
pernah lepaskan dia! Namun adakalanya cinta begitu menyakitkan, Maka berhati
hatilah jangan pernah coba-coba untuk bermain cinta.
Cinta
itu adalah perasaan yang melekat di dalam hati seseorang dan tak akan mungkin
bisa di ungkapkan .
Seorang
pemikir Mazhab Frankfurt Erich Fromm dalam bukunya yang berjudul “The Art Of
Loving” menegaskan pentingnya relevansi Cinta untuk menjadi solusi bagi
masyarakat kapitalis modern yang telah terdisintegrasi oleh ketimpangan sosial.
Bagi Fromm, disintegrasi itu adalah cerminan dari eksistensi manusia yang tidak
dapat mengatasi keterpisahan (separateness) ketika cinta itu sendiri tidak
mungkin dibahas tanpa menganalisa eksistensi manusia itu sendiri. Menurut
Fromm, ”teori apapun tentang cinta harus mulai dengan teori tentang manusia,
tentang eksistensi manusia”.
Cinta
adalah jawaban bagi problem eksistensi manusia yang berasal secara alamiah dari
kebutuhan untuk mengatasi keterpisahan dan “meninggalkan penjara kesepian”. Tetapi
penyatuan dalam cinta melebihi suatu simbiosis karena “cinta yang dewasa adalah
penyatuan di dalam kondisi tetap memelihara integritas seseorang,
individualitas seseorang”. Cinta adalah kekuatan aktif dalam diri manusia,
kekuatan “yang meruntuhkan tembok yang memisahkan manusia dari sesamanya”.
3. PENGERTIAN FILSAFAT CINTA
Filsafat
adalah ilmu yang selalu mencari kebenaran. Tujuannya supaya hidup manusia semakin
baik. Dengan mempelajari filsafat kita akan tahu tentang esensi Hidup dan
Kehidupan serta akan lebih bisa ber- empati dengan orang lain.
Tidak gampang menvonis orang lain karena salah dan benar,
yang oleh orang banyak hal itu sangat relatif, karena kebenaran yang hakiki
hanya milik Yang kuasa.
Filsafat
terkait dengan logos ( ilmu ) yang terbentuk dari sejumlah informasi yang
diterima seseorang dari relasi yang dibangunnya dan mengendap dalam memorinya.
Jika kita
mampu menggunakan Ilmu / tata pikir yang kita miliki, maka kita sudah masuk
dalam tataran implementasi filsafat dalam kehidupan nyata, dan sebaiknya
dilakukan bagi keharmonisan hidup.
C.
HAKIKAT CINTA
Cinta
bisa jadi merupakan kata yang paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang
memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta,
anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya merupakan sasaran
utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah
cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.
Kita
sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah
merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui
hakikatnya. Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar dari
jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dengan
gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan, “Kami sama-sama cinta, suka sama
suka.” Karena alasan cinta, seorang bapak membiarkan anak-anaknya bergelimang
dalam dosa. Dengan alasan cinta pula, seorang suami melepas istrinya hidup
bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.
Demikianlah
bila kebodohan telah melanda kehidupan dan kebenaran tidak lagi menjadi tolok
ukur. Dalam keadaan seperti ini, setan tampil mengibarkan benderanya dan
menabuh genderang penyesatan dengan mengangkat cinta sebagai landasan bagi
pembolehan terhadap segala yang dilarang Allah dan Rasul-Nya.
Allah
berfirman: “Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (Ali ‘Imran: 14),
Dalam hadits dari shahabat Tsauban, Rasulullah
‘Hampir-hampir orang-orang kafir mengerumuni kalian sebagaimana berkerumunnya di
atas sebuah tempayan.’ Seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah jumlah kita
saat itu sangat sedikit?’ Rasulullah berkata: ‘Bahkan kalian saat itu banyak
akan tetapi kalian bagaikan buih di atas air. Dan Allah benar-benar akan
mencabut rasa ketakutan dari hati musuh kalian dan benar-benar Allah akan
campakkan ke dalam hati kalian (penyakit) al-wahn.’ Seseorang bertanya: ‘Apakah
yang menjawab: dimaksud dengan al-wahn wahai Rasulullah?’ Rasulullah ‘Cinta
dunia dan takut mati.’ (HR. Abu Dawud no. 4297, dan dishahihkan oleh
Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 3610)
Asy-Syaikh
‘Abdurrahman As-Sa’di dalam tafsirnya mengatakan: “Allah memberitakan dalam dua
ayat ini (Ali ‘Imran: 13-14) tentang keadaan manusia kaitannya dengan masalah
lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat, dan Allah menjelaskan
perbedaan yang besar antara dua negeri tersebut. Allah memberitakan bahwa
hal-hal tersebut (syahwat, wanita, anak-anak, dsb) dihiaskan kepada manusia
sehingga membelalakkan pandangan mereka dan menancapkannya di dalam hati-hati
mereka, semuanya berakhir kepada segala bentuk kelezatan jiwa. Sebagian besar
condong kepada perhiasan dunia tersebut dan menjadikannya sebagai tujuan
terbesar dari cita-cita, cinta dan ilmu mereka. Padahal semua itu adalah
perhiasan yang sedikit dan akan hilang dalam waktu yang sangat cepat.”
Cinta
adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila
cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah, maka ia akan menjadi
ibadah. Dan sebaliknya, jika tidak sesuai dengan ridha-Nya maka akan menjadi
perbuatan maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila
keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai
Allah yaitu kesyirikan.
1.
Cinta kepada Allah
Cinta
yang dibangun karena Allah akan menghasilkan kebaikan yang sangat banyak dan
berharga. Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (3/22) berkata: ”Sebagian salaf
mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Allah lalu Allah
menurunkan ayat ujian kepada mereka:
“Katakanlah:
jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai
kalian.” (Ali
‘Imran: 31)
Mereka
(sebagian salaf) berkata: Bukti dan tanda (cinta kepada Allah) adalah , “(firman Allah) ‘Niscaya Allah akan mencintai
kalian’, ini adalah isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah serta
faidahnya. faidah dan buahnya adalah mengikuti Rasulullah. Jika kalian tidak
mengikuti Rasulullah Allah kepada kalian tidak akan terwujud dan akan hilang.”
Bila
demikian keadaannya, maka mendasarkan cinta kepada orang lain karena-Nya tentu
akan mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Allah. Rosulullah bersabda dalam
hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik :
“Tiga hal
yang barangsiapa ketiganya ada pada dirinya, niscaya dia akan mendapatkan
manisnya iman. Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain
keduanya, dan hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia mencintainya
melainkan karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran
setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk
dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)
Ibnul
Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab adanya cinta (kepada Allah) ada
sepuluh perkara:
1.
Membaca Al Qur’an, menggali, dan memahami makna-maknanya
serta apa yang dimaukannya.
2.
Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunnah
setelah amalan wajib.
3.
Terus-menerus berdzikir dalam setiap keadaan.
4.
Mengutamakan kecintaan Allah di atas kecintaanmu ketika
bergejolaknya nafsu.
5.
Hati yang selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah,
menyaksikan dan mengetahuinya.
6.
Menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah dan segala nikmat-Nya.
7.
Tunduknya hati di hadapan Allah
8.
Berkhalwat (menyendiri dalam bermunajat) bersama-Nya ketika
Allah turun (ke langit dunia).
9.
Duduk bersama orang-orang yang memiliki sifat cinta dan
jujur.
10.
menjauhkan segala sebab-sebab yang akan menghalangi hati
dari Allah . (Madarijus Salikin, 3/18, dengan ringkas)
D. MACAM-MACAM CINTA
Di
antara para ulama ada yang membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yang
membaginya menjadi empat. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab Al-Yamani dalam
kitab Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid (hal. 114) menyatakan bahwa cinta ada
empat macam:
1.
Cinta Ibadah
Yaitu mencintai Allah dan apa-apa
yang dicintai-Nya, dengan dalil ayat dan hadits di atas.
2.
Cinta Syirik
Yaitu mencintai Allah dan juga
selain-Nya. Allah berfirman :
“Dan di
antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan
(bagi Allah), mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta
mereka kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
3.
Cinta Maksiat
Yaitu cinta yang akan menyebabkan
seseorang melaksanakan apa yang diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yang
diperintahkan-Nya.
Allah berfirman:
“Dan
kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang sangat.”
(Al-Fajr: 20)
4.
Cinta Tabiat
Yaitu Seperti cinta kepada anak,
keluarga, diri, harta dan perkara lain yang dibolehkan. Namun tetap cinta ini
sebatas cinta tabiat.
Allah berfirman:
“Ketika
mereka (saudara-saudara Yusuf ‘alaihis salam) berkata: ‘Yusuf dan adiknya lebih
dicintai oleh bapak kita daripada kita.” (Yusuf: 8)
Jika
cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai dari ketaatan kepada
Allah sehingga meninggalkan kewajiban-kewajiban, maka berubahlah menjadi cinta
maksiat. Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lebih cinta kepada benda-benda
tersebut sehingga sama seperti cinta kita kepada Allah atau bahkan lebih, maka
cinta tabiat ini berubah menjadi cinta syirik.
Dalam perjalanan menuju manifestasi,
jiwa melewati empat keadaan, 'Ilm, 'Ishq, Wujud, Shuhud.
'Ilm
adalah keadaan awal dari kesadaran, kecerdasan murni. 'Ishq adalah cinta, tahap
kecerdasan berikutnya menuju manifestasi; karena itu kecerdasan dan cinta sama
unsurnya. Benda-benda seperti batu dan tumbuh-tumbuhan, tak memiliki
kecerdasan, sehingga tak memiliki cinta, kecuali suatu persepsi kecil tentang
cinta yang ada di dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Tetapi di antara hewan dan
burung-burung, kecerdasan berkembang, sehingga cinta di dalam diri mereka dapat
menunjukkan diri. Wujud adalah dunia obyektif, yang diciptakan untuk dicintai,
karena cinta tak dapat diwujudkan bila tak ada sesuatu yang dicintai. Shuhud
adalah realisasi pengalaman cinta dalam aspek apapun.
E. BUAH CINTA
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Ketahuilah bahwa yang menggerakkan hati
menuju Allah ada tiga perkara: cinta, takut, dan harapan. Dan yang paling kuat
adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan tujuan karena akan didapatkan di
dunia dan di akhirat.” (Majmu’ Fatawa, 1/95)
Asy-Syaikh
‘Abdurrahman As-Sa’di menyatakan: “Dasar
tauhid dan ruhnya adalah keikhlasan dalam mewujudkan cinta kepada Allah. Cinta
merupakan landasan penyembahan dan peribadatan kepada-Nya, bahkan cinta itu
merupakan hakikat ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan
seorang hamba kepada Rabbnya juga sempurna.” (Al-Qaulus Sadid, hal. 110)
Bila
kita ditanya bagaimana hukumnya cinta kepada selain Allah? Maka kita tidak
boleh mengatakan haram dengan spontan atau mengatakan boleh secara global, akan
tetapi jawabannya perlu dirinci.
-
Pertama, bila dia mencintai selain Allah lebih besar atau
sama dengan cintanya kepada Allah maka ini adalah cinta syirik, hukumnya jelas
haram.
-
Kedua, bila dengan cinta kepada selain Allah menyebabkan
kita terjatuh dalam maksiat maka cinta ini adalah cinta maksiat, hukumnya
haram.
-
Ketiga, bila merupakan cinta tabiat maka yang seperti ini
diperbolehkan.
Ketika
seseorang seringsekali bercerita tentang kebenciannya pada sesuatu, apakah itu
benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak cinta? salah seorang tokoh besar,
Fariduddin al Attar pernah bercerita, bahwa ada seorang tokoh (?) yang
berkunjung ke tempat Robi’ah al adawiyah, ulama besar ahli mahabbah, si tamu
tersebut selama berada di tempat robiah yang diceritakan adalah betapa jeleknya
dunia itu, betapa buruknya dunia itu, betapa menipunya dunia itu, dan betapa ia
bencinya dunia itu.
Robi’ah tersenyum…
dan ketika si tamu itu berlalu, Sofyan
At Tsauri, sahabat Robiah yang juga sedang berkunjung ke situ bertanya pada
Robiah,”Benarkah orang itu benci kepada dunia?”
Robiah tersenyum dan
berkata,”Bagaimana mungkin dia membenci dunia? yang ada di pikiran dan
perasaannya hanyalah terisi dengan dunia dan urusannya”
Dzunnun al Mishri, satu waktu di
datangi salah seorang muridnya,”ya Guru, kata muridnya, aku sudah beribadah
kepada Tuhan selama 30 tahun yang menurutku aku juga sungguh2. Siang puasa,
malah tahajud dan selain amalan wajib, yang sunnah2 juga aku kerjakan. tapi
bukannya aku tidak puas dengan keadaanku, tetapi mengapakah tidak ada
sedikitpun tanda2 yang datang dari Tuhan tentang apa yang telah aku lakukan
ini?”
Dzunnun menjawab,”kalau begitu,
nanti malam kamu makan yang banyak, dan jangan sholat isya”
Si murid agak heran juga mendengar
saran gurunya, tapi ia mengangguk dan pulang.
Keesokan harinya, ia datang ke
Dzunnun dan bercerita,
“Alhamdulillah guru, semalem saya
mendapatkan tanda itu dari Allah swt, aku sudah menuruti saran guru untuk makan
yang banyak, tetapi aku tidak tega untuk meninggalkan sholat wajib isya.
Kemudian malam harinya, aku bermimpi di datangi oleh Rosulullah saw dan beliau
bersabda,”wahai fulan, tenangkan hatimu, Allah mendengar, melihat dan
mengetahui apa yang kamu kerjakan. Bersabarlah dan ikhlaslah.” dalam mimpi itu
saya mengangguk, kemudian Rosulullah saw bersabda lagi,”Dan sampaikan pada
Dzunnun Al Mishri bahwa Allah berpesan agar ia jangan menyarankan muridnya
untuk tidak sholat isya”
Mendengar itu Dzunnun tertawa sampai
keluar air matanya..
kemudian ia berkata,“Jika kamu tidak
bisa mendekatiNya melalui Kasih SayangNya, maka dekatilah ia melalui rasa
marahNya” Dan baru saja kemaren saya tertegun ketika membaca buku “Secret of
Power Negotiating”, di dalam buku itu, Roger Dawson menulis,”apakah lawan CINTA
itu adalah BENCI ??” , Tidak !! katanya, Lawan CINTA itu adalah
KETIDAKPEDULIAN…
Bagi seorang Pecinta, kebencian dari
sang kekasih itu lebih berharga dari pada KETIDAKPEDULIAN dari yang
dicintainya…Seseorang bersyair..
“ya kekasih…dari pada engkau
memalingkan wajahmu dariku, lebih baik, sakiti aku dan marahi aku dan bencilah
aku…itu lebih baik..sebab kemarahanmu, dan kebencianmu, itu adalah salah satu
bentuk kepedulianmu kepadaku”
hati seorang pecinta..
lebih memerlukan kepedulian dari
yang dicintai..dari pada ketidak peduliannya.. baikpun kepedulian itu berwujud
kasih sayang yang dicintainya…ataupun kepedulian itu berwujud amarah dan
bencinya…
Cinta
pertama adalah bagi diri sendiri. Bila dicerahkan, orang melihat manfaatnya
yang sejati dan ia menjadi orang suci. Tanpa cahaya pencerahan, manusia menjadi
egois hingga ia menjadi setan. Cinta kedua diperuntukkan bagi lawan jenis
kelamin. Bila demi cinta, ia bersifat surgawi; dan bila demi nafsu, ia bersifat
duniawi. Bila cukup murni, cinta ini tentu dapat menghilangkan gagasan tentang
diri sendiri, tetapi manfaatnya tipis dan bahayanya besar. Cinta ketiga diperuntukkan
bagi anak-anak, dan ini merupakan pelayanan pertama bagi makhluk Allah.
Memberikan cinta kepada anak-anak, adalah memanfaatkan dengan sebaik-baiknya
apa yang dipercayakan oleh Pencipta, tetapi bila cinta ini meluas hingga
mencakup seluruh ciptaan Allah, hal ini mengangkat manusia menjadi orang-orang
pilihan Allah.
F. REALITAS CINTA
Sayangnya
Cinta di era kapitalisme sekarang hanya menjadi barang dagangan (komoditas).
Begitu banyaknya kisah cinta kacangan diumbar dalam lagu-lagu, sinetron, dan
lain-lainnya. Karenanya komersialisasi Cinta semacam itu justru menunjukkan
bahwa kata cinta dan prakteknya dalam hubungan sosial mengalami degradasi.
Atas
kondisi semacam itulah buku ”Memahami Filsafat Cinta” ini keluar dari hati
”nurani” penulisnya, Nurani Soyomukti, seorang psikoanalis kebudayaan yang
selalu konsisten menggugat budaya kapitalis dalam setiap tulisan-tulisannya.
Begitu ”PD” (percaya diri) Si Penulis, ketika ia membuka buku ini dengan
kalimat pembuka: ”Buku ini tak layak dibaca oleh mereka yang tak percaya pada
Cinta” (hlm. 1).
Terus
terang belum banyak orang yang memahami arti filsafat Marx, karena Marx selama
ini lebih banyak dianggap sebagai ’penjahat” hanya karena praktek diktatorisme
komunis di beberapa negara—yang tentu saja lepas dari kesalahan Marx dan banyak
faktor yang perlu dijelaskan, terutama karena serangan kapitalis dan
deligitimasinya (’black-propaganda’) terhadap sosialisme-komunisme yang cukup
berhasil.
Hanya
sedikit yang tahu bagaimana Marx sesungguhnya seorang yang humanis dan
romantis, serta konsisten dalam perjuangan kemanusiaan. Sebagaimana kita tahu
dari buku ini yang banyak mngutip Marx, dalam filsafatnya ternyata banyak
uraian Marx yang berbicara masalah Cinta dan kepercayaan yang bisa dibangun
oleh manusia. Cita-cita Marx adalah: ”… Kemudian cinta hanya dapat ditukar
dengan cinta, kepercayaan dengan kepercayaan..” (hlm. 22).
Cinta
bukanlah kata-kata, tetapi adalah tindakan konkrit yang diejawantahkan dalam
kehidupan nyata. Demikianlah, buku ini adalah risalah Cinta yang sangat
penting: renungan seorang filsuf muda yang telah menghasilkan berbagai karya
(buku dan catatan budaya), Nurani Soyomukti.
Mencintai, memuja seseorang yang
berhubungan dengan kita baik dalam hal kelahiran, ras, kepercayaan atau
hubungan duniawi lain, datang dari cinta jiwa. Kadang-kadang jatuh cinta pada
pandangan pertama, kadang-kadang kehadiran seseorang menarik kita seperti
magnet, kadangkadang kita melihat seseorang dan merasa, "Mungkin aku telah
mengenalnya." Kadang-kadang kita berbicara dengan orang lain dan merasakan
mudah memahami seolah-olah kedua jiwa saling mengenal. Semua ini berkaitan
dengan 'pasangan jiwa'.
Hati
yang tercerahkan dan cinta lebih berharga daripada semua permata di dunia. Ada
berbagai macam hati sebagaimana adanya berbagai macam unsur di dunia.
-
Pertama, hati dari metal perlu lebih banyak waktu dan lebih
banyak api cinta untuk memanaskannya, setelah panas ia akan meleleh dan dapat
dibentuk menurut kehendak ketika itu, namun kemudian menjadi dingin kembali.
-
Kedua, hati yang terbuat dari lilin, yang segera meleleh
ketika bersentuhan dengan api, dan bila mempunyai sumbu ideal, ia akan
mempertahankan api itu hingga lilin habis terbakar. Ketiga, hati dari kertas
yang dapat menyala dengan cepat ketika bersentuhan dengan api dan berubah
menjadi abu dalam sekejap.
Cinta
itu seperti api. Nyalanya adalah pengorbanan, apinya adalah kearifan, asapnya
adalah keterikatan, dan abunya adalah keterlepasan. Api muncul dari nyala,
demikian pula kearifan yang muncul dari pengorbanan. Bila api cinta
menghasilkan nyala, ia menerangi jalan, dan semua kegelapan lenyap. Bila daya-hidup bekerja di dalam jiwa, itu
adalah cinta; bila bekerja di dalam hati, itu adalah emosi, dan bila bekerja di
dalam tubuh, itu adalah nafsu. Karena itu orang yang paling mencinta adalah
yang paling emosional, dan yang paling emosional adalah yang paling bernafsu,
sesuai dengan dataran yang paling disadarinya. Bila ia bangkit di dalam jiwa,
ia mencintai; bila bangkit di dalam hati, ia emosional; bila sadar akan tubuh, ia
bernafsu. Ketiganya dapat digambarkan dengan api, nyala api, dan asap. Cinta
adalah api di dalam jiwa, ia adalah nyala api bila hati dinyalakan, dan ia
adalah asap bila ia menjelma melalui tubuh.
Cinta
orang tua kepada anak-anaknya jauh lebih besar daripada cinta akan-anak itu
kepada orang tuanya, karena semua pemikiran penggunaan tua terpusat pada anak,
tetapi cinta anak mula-mula terpusat pada diri sendiri. Muhammad s.a.w. ditanya
seseorang, "Cinta siapa yang lebih besar, cinta anak-anak kepada orang tua
mereka, atau cinta orang tua kepada anak-anaknya?" Beliau menjawab,
"Cinta orang tua lebih besar, karena sementara melakukan semua hal, mereka
berpikir bagaimana agar anaknya tumbuh dan bahagia, seolah-olah ia mengharap
untuk hidup di dalam kehidupan anak-anaknya setelah ia mati; sementara
anak-anak yang saleh berpikir bahwa suatu hari orang tuanya akan mati, dan
dengan demikian mereka hanya sebentar dapat melayani orang tua mereka."
Orang itu bertanya, "Cinta ayah atau ibu-kah yang lebih besar?" Nabi
menjawab, "Ibu. Ia berhak memperoleh penghormatan dan pelayanan, karena
surga terletak di bawah kakinya." Cinta orang tua adalah cinta yang paling
diberkahi, karena cinta mereka sebening kristal.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Cinta adalah suatu perjalanan, di
dalamnya terdapat banyak hal, pengalaman, dan kenangan. Cinta itu rumit,
berbelit belit dan membingungkan. Namun banyak pula jiwa yang terselamatkan
karena cinta. Cinta itu membahagiakan dan dibahagiakan. Memberi dan diberi.
Mendoakan orang yang mencintaimu, itu ketulusan. Mendoakan orang yang
menyakitimu, itu kedewasaan.Karena kehidupan baru saja dimulai, sesaat setelah
kita saling jatuh cinta dan melukiskan senja di dunia.
Cinta menghasilkan pesona pada
pecinta sehingga sementara ia mencintai seseorang, semua mencintai pecinta itu.
Magnetisme cinta dijelaskan oleh seorang penyair Hindustan: "Mengapa tidak
semua hati dilelehkan menjadi tetesan-tetesan oleh api yang dipelihara hatiku
sepanjang hidupku? Karena sepanjang hidup aku meneteskan air mata derita karena
cinta, pecinta berkunjung ke kuburku penuh dengan air mata." Untuk
mengajarkan cinta, Nabi Isa berkata, "Aku akan membuatmu menjadi pemancing
manusia." Jalaluddin Rumi berkata: "Setiap orang tertarik kepadaku,
untuk menjadi sahabatku, tapi tak seorang pun tahu apa di dalam hatiku yang
menariknya."
Tiada daya yang lebih besar daripada
cinta. Semua kekuatan muncul ketika cinta bangkit di dalam hati. Orang berkata,
"Ia berhati lembut, ia lemah," tetapi banyak orang yang tidak tahu
kekuatan apa yang muncul dari hati yang menjadi lembut dalam cinta. Seorang
serdadu bertempur di medan perang demi cinta kepada rakyatnya. Setiap pekerjaan
yang dilakukan dalam cinta, dilakukan dengan seluruh daya dan kekuatan.
Khawatir dan alasan, yang membatasi daya, tak mampu melawan cinta. Seekor induk
ayam, meskipun sangat takut, dapat melawan seekor singa untuk melindungi
anak-anaknya, Tiada sesuatu yang terlalu kuat bagi hati yang mencintai, Daya
cinta menyelesaikan semua urusan dalam hidup sebagaimana daya dinamit yang
mengalahkan dunia. Dinamit membakar segala sesuatu, demikian pula cinta: bila
terlalu kuat ia menjadi roda pemusnah, dan segalanya menjadi salah dalam hidup
pecinta. Itulah misteri yang menjadi penyebab penderitaan hidup seorang
pecinta. Namun, pecinta itu mengambil manfaat dalam kedua kasus. Bila ia
menguasai keadaan, ia seorang penguasa (master). Bila ia kehilangan semuanya,
ia orang suci.
Nurani Soyomukti , Memahami Filsafat
Cinta
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=128
http://robbyalfarisi.blogspot.com/2008/06/filsafat-cinta.html
http://www.huttaqi.com
http://selembartulisan.blogspot.com/
http://elmasterquin.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://jeancolemalmsteen.wordpress.com/filsafat-cinta/
https://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/10/15/filsafat-cinta
http://rahmatsinjai.blogspot.com/2013/11/filsafat-cinta-pemikiran-tentang-cinta.html
Geral Beekman. Filsafat, Para Filsuf,
Berfilsafat. Terjemahan RA rivai 1973
Komentar
Posting Komentar