DAKWAH MENUNTUN MANUSIA PADA JALAN KEBAHAGIAN



I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Semua manusia tentunya ingin bahagia dalam kehidupannya, baik itu sedang dalam keadaan suka maupun duka manusia tetap ingin bahagia karena rasa bahagia ini tergantung pada hati manusia itu sendiri, ketika hati sudah baik maka apapun yang terjadi akan dihadapi dengan baik; misalnya menghadapi musibah yang melanda diri atau keluarganya tetapi hatinya ikhlas dan menerima sepenuh hati maka ia akan bahagia dibalik kesedihannya karena pasti akan datang hikmah dan kebahagian semua dikarenakan hati yang sudah terbimbing oleh ajaran islam, meyakini Al qur’an dan hadits nabi saw.
Islam memulai perubahan itu melalui pendidikan individu, pembinaan keluarga, masyarakat dan manusia secara menyeluruh. Akhirnya, perubahan itu bermuara pada pembentukan masyarakat unggul dan berdirinya umat dan bangsa yang ideal.
Islam menyiapkannya sejak dini sebaik dan semaksimal mungkin sehingga kelak generasi muslim akan menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat dan menjadi manusia saleh. Manusia saleh seperti itu merupakan prasyarat terbentuknya masyarakat ideal dan unggul. Apabila ajaran islam dijalani dengan baik dan benar sejak awal, berarti kita sudah meletakkan batu fondasi yang kokoh, yang siap menjadi insan saleh, yang bisa memikul tanggung jawab dan beban hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan sebagai hamba Allah.
B.     Permasalahan
1.      Manusia adalah makhluk yang menerima amanah dari Allah Swt. Maka manusia harus menjalankan amanah tersebut.
2.      Manusia ingin bahagia baik ketika dunia dan di kehidupan berikutnya tapi mengapa manusia salah mengambil jalan?
3.      Mengapa manusia sulit menerima dakwah?
4.      Mengapa serasa begitu sulit untuk menjalankan ajaran islam?
5.      Mengapa dakwah semakin banyak dimana-mana namun umat islam belum menjadi umat terdepan?
6.      Bagaimana fungsi dakwah bisa membimbing umat manusia?
II.    PEMBAHASAN
A.    Rasul Sebagai Perantara Untuk Menyampaikan Dakwah
Dakwah Rasulullah saw yang telah membawa perubahan superbesar dalam sejarah kehidupan manusia memulai masa kenabiannya di usia 40 tahun. Dan hanya dalam 23 tahun masa kenabiannya, beliau mampu membangun dasar peradaban rabbani, yang menjunjung tinggi aspek superioritas hukum Islam, keseimbangan peran dan kewajiban antarkomponen masyarakat.
Ketika ada pertanyaan bagaimana bisa dalam waktu sesingkat itu dapat terbangun sebuah sistem yang mengalami masa kejayaan selama berabad-abad, maka jawaban yang paling tepat adalah karena Rasulullah menggunakan sistem ilahiyah dalam membangun peradabannya. Sistem yang mengacu kepada kitabullah. Sistem ini integral dan komprehensif serta mampu memecahkan seluruh persoalan hidup manusia.
Menurut Dr Ali Abdul Halim Mahmud setidaknya ada 2 pilar pokok yang harus dibangun ketika kita ingin membangun (kembali) sebuah peradaban rabbani. Pertama adalah pilar tarbawi (pembinaan dan pendidikan), berupa pola belajar-mengajar, dengan ragam perangkatnya dengan tujuan untuk menyempurnakan potensi pribadi. Kemudian yang kedua, yaitu pilar tanzhimi (institusional) berupa pembangunan institusi internal masyarakat yang mengatur kode etik dalam kehidupan bermasyarakat, dan institusi eksternal yang mengatur kekuasaan dan hubungan antarbangsa.
Perubahan peradaban ini bisa dimulai. Caranya dengan membangun kepribadian individu Muslim dengan Islam pada seluruh aspek kehidupan. Kemudian pembentukan keluarga-keluarga shalihah dengan seluruh nilai dan moralitasnya. Akhirnya akan terbentuk sistem masyarakat dengan seluruh interaksi sosial dan pengaturannya yang dinaungi dalam wadah institusi yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilahiyah.
Muaranya adalah perubahan peradaban. Perubahan yang berakar pada tegaknya sistem nilai yang mengacu pada nilai-nilai transendental dan ilahiyah. Peradaban yang di dalamnya terbentuk struktur kemasyarakatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran ilahi.
B.     Semua Manusia Mengharapkan Kebahagiaan
Manusia di muka bumi semua mengharapkan kebahagian terutama kebahagian didalam kehidupan yang sedang dijalani bagi mereka yang tidak percaya akan kehidupan setelah mati. Ketika seorang rasul diutus untuk berdakwah menyampaikan kalimah-kalimah Allah dan mengajarkan manusia pada kebenaran dan memberi kabar gembira serta peringatan yang pada intinya memberikan jalan agar manusia itu bahagia dalam kehidupannya baik di dunia dan di akhirat, kehidupan dunia yang hanya sementara yang dihinggapi dengan dinamika yang silih berganti dan berputar ketika hati dan pikiran manusia berada di jalan yang benar maka sesungguhnya manusia itu akan bahagia menjalaninya dan terus melaksanakan ajaran yang telah disampaikan sebagai bekal untuk kehidupan berikutnya.
Manusia adalah makhluk yang sanggup menerima amanah dari Allah Swt. namun manusia pada dasarnya manusia dihinggapi dengan kedzaliman dan kebodohan tetapi dengan dibekalinya manusia dengan akal dan hati sehingga manusia bisa meninggikan derajatnya dengan memiliki iman dan ilmu disaat dakwah itu muncul, namun permasalahannya tidak semua manusia menerima dakwah karena semua yang terjadi merupakan kehendak Allah Swt. sehingga berikut adalah klasifikasi manusia berdasarkan sikap mereka terhadap ajakan dakwah, yaitu mukmin, kafir dan munafik.
Klasifikasi manusia dalam berbagai pola kepribadian tersebut merupakan upaya untuk menjelaskan tentang manusia dan menginterpretasikan tingkah laku mereka. Apabila dikatakan bahwa seseorang termasuk dalam suatu pola tertentu, maka dengan mudah pribadi orang tersebut dapat diuraikan dan tingkah lakunya dapat di interpretasikan. Keseluruhan reaksi mad’u dalam menerima seruan dakwah diatas harus dihadapi dengan sabar dan tawakal oleh para da’i. Sikap para da’i hanya berkewajiban menyampaikan apa yang telah ditetapkan Allah sedangkan reaksi mad’u bukanlah merupakan tanggung jawab da’i. Mereka mau menerima atau tidak merupakan tanggung jawab mereka sendiri dihadapan Allah SWT.
C.     Situasi dan kondisi manusia
1.      Manusia sebagai Individu
“Individu” brasal dari kata latin, “individum” artinya “yang tidak terbagi”. Individu merupakan sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas dalam lingkungan sosialnya melainkan juga memiliki keperibadian serta pola tingkah laku yang spesifik. Dalam dirinya terkandung tiga asfek yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, yaitu aspek organik jasmaniah, psikis-rohaniah, dan aspek sosial.
Dalam membentuk keperibadian seorang manusia, faktor intern (bawaan) dan faktor ekstern (lingkungan) saling memengaruhi, pribadi terpengaruh lingkungan dan lingkungan diubah oleh pribadi.
Secara psikologis manusia sebagai objek dakwah dibedakan oleh berbagai aspek:
a.       Sifat-sifat keperibadian ( personality traits), yaitu adanya sifat-sifat manusia yang penakut, pemarah, suka bergaul, pemarah, sombong dan sebagainya.
b.      Inteligensi yaitu aspek kecerdasan seseorang mencakup kewaspadaan, kemampuan belajar dan kecepatan berpikir.
c.       Pengetahuanan (knowledge)
d.      Keterampilan (skill)
e.       Nilai-nilai (values)
f.       Peranan (roles)
Ketika dakwah dilakukan terhadap seorang individu, perubahan individu harus diwujudkan dalam satu landasan yang kokoh serta berkaitan erat dengannya. Pembinaan individu harus dilakukan berbarengan dengan pembinaan masyarakat, pada saat yang sama masing-masing menunjang yang lain, peribadi-pribadi tersebut menunjang terciptanya masyarakat dan masyarakat pun mewarnai pribadi-pribadi itu dengan warna yang dimilikinya.
2.      Manusia sebagai Anggota Masyarakat (Kelompok)
Manusia sebagai hakiki merupakan makhluk sosial, sejak ia dilahirkan ia memerlukan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya. Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah adalah salah satu unsur yang penting dalam sistem dakwahyang tidak kalah perannya dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain. Abu Ahmadi mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.
Masyarakat yang merupakan sasaran dakwah (objek dakwah) tersebut meliputi masyarakat yang dilihat dari berbagai segi:
1.      Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil serta masyarakat daerah marginal dari kota besar.
2.      Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
3.      Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiokultural berupa golongan priayi, abangan, dan santri. Klasifikasi ini terutama terletak dalam masyarakat jawa.
4.      Sasaran yang berhubunga dengan golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja, dan orang tua.
5.      Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional (pofesi atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negri (administrator).
6.      Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial-ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
7.      Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari jenis kelamin berupa golongan peria, wanita, dan sebagainya.
8.      Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi khusus berupa golongan masyarakat tunasusila, tunawisma, tunakarya, narapidana, dan sebagainya.
D.    Kebutuhan Manusia terhadap Dakwah Menuju Kebahagiaan
Kebahagian yang sesungguhnya berarti melahirkan kebaikan diri, masyarakat dan negara, mulia di hadapan Allah Swt., jauh dari jurang kehancuran, memiliki investasi amal tanpa batas dan memiliki lentera dalam kehidupan sehingga hidup tentram meski banyak permasalahan karena dihadapi dengan tenag dan tawakal.



1.      Dakwah Adalah Jalan Menuju Bahagia
Orang-orang yang berjalan di atas dakwah akan merasa bahagia karena mereka melaksanakan perintah Allah swt. Dengan dakwah hati manusia menjadi tenang dan lapang, karena hidayah Allah swt. sebagaimana digambarkan Allah swt dalam surat al-an’am ayat 125:
“ Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”
Jiwanya tenang tidak gelisah, karena jiwa mereka terlepas dari segala penghambaan syahwat dan dunia dan menundukkannya hanya kepada Allah swt semata. Seperti yang ditulis fathi yakan di dalam bukunya “musykilatu al-dakwah wa al-daiyah” : “para pelaku dakwah terbebas dari segala penghambaan dunia dan syahwat, sehingga mereka tidak merasakan rasa bahagia kecuali dengan mentaati Allah swt, tidak mengenal jihad (perjuangan) kecuali sebagai pintu menuju kesyahidan dan pintu menuju syurga Allah swt dan memperoleh ridhonya. firman Allah swt :
 “janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup[5]disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka,bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (ali imron : 169-170)
Ayat diatas adalah hiburan bagi para dai yang berjuang di jalan Allah swt karena Allah swt berjanji akan memberikan kebahagiaan kepada mereka di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
2.      Dakwah Melahirkan Kebaikan Pada Diri, Masyarakat Dan Negara
Miswan thohadi dalam bukunya “quantum dakwah dan tarbiyah” mengatakan : “Dakwah Selain kewajiban syariat, dakwah juga merupakan kebutuhan manusia secara universal. Artinya setiap manusia dimanapun ia berada tidak akan pernah hidup dengan baik tanpa dakwah. Dakwahlah yang akan menuntun manusia kepada kebaikan. Sedangkan menjadi ahli kebaikan adalah kebutuhan dasar setiap orang. Maka jangan pernah terpikir sediitpun untuk menjauh dari dakwah dengan alas an apapun. Justru ketika kita merasa kesulitan menjadi baik, maka dakwah inilah yang akan membantu kita memudahkannya. Semakin kita merasa berat meniti jalan islam, semakin besar pula kebutuhan kita terhadap dakwah.
Dakwah adalah kebutuhan setiap manusia, terlebih bagi sang dai sendiri. Menjadi sholih adalah kemestian atas setiap muslim dan menjadi dai adalah jalan yang paling efektif untuk menjadi sholih. Para nabi dan rosul Allah adalah para dai pejuang penegak agama Allah, disaat yang sama mereka juga harus mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Allah swt berfirman;
"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)." (assyura; 13)
 “ siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar.” (fushilat: 33-35)
Dari sini diketahui bahwa ketika kebaikan itu telah tertanam pada tiap individu, kemudian dari individu ini melahirkan sebuah keluarga yang baik, kemudian dari kumpulan keluarga akan melahirkan masyarakat yang baik, dan tidaklah mustahil dari masyarakat-masyarakat yang telah tertanam ruh kebaikan akan melahirkan negara yang baik pula.
3.      Dakwah Menjadikan Manusia Menjadi Mulia
Firman Allah swt:
 “dan inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah engkau ikuti jalan-jalan lain, karena itu semua akan menyesatkanmu dari jalanNya. Itulah yang telah diwasiatkan kepadamu agar kamu bertaqwa.” (al-an’am :  153)
Dakwah dalam perspektif yang luas merupakan jalan untuk membangun sistem kehidupan masyarakat yang mengarahkan umat manusia menuju penghambaan totalitas dalam semua dimensi kehidupan mereka hanya kepada Allah swt. jika prosesi ini berjalan dengan baik maka akan tercipta sebuah tatanan masyarakat yang harmonis, yang menjunjung tinggi nilai kemuliaandan menghindarkann diri dari prilaku keji yang berujung pada kehinaan. Jalan dakwah inilah yang telah ditempuh oleh Rosulullah saw dan para rosul sebelumnya. Di atas jalan ini pula mereka mengerahkan segenap potensi yang dimiliki untuk membangun kemulian umat.
Tetapi ketika manusia menjauhi dakwah islam, sehingga egoisme menguasai seluruh elemen bangsa ini. Dimana pedagang hanya mementingkan keuntungan perdagangannya, pegawi hanya mementingkan pekerjaannya, dan begitu seterusnya masing-masing larut dengan urusannya tanpa mempedulikan kebaikan orang lain. Egosime inilah yang telah mencabut rasa percaya satu sama lain di antara warga masyarakat, yang memutuskaan ikatan kasih sayangantar anggota keluarga, dan melemahkan ikatan kemanusiaan antar manusia. Padahal manusia membutuhkan  kerja sama untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan problema kehidupan. Di sini, dakwah berperan memberikan harapan akan lenyapnya egosime dari masyarakat kita.
Karena itulah Allah mensifati umat dakwah  sebagai umat terbaik, karena menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar demi kemuliaan hidup bersama. Firman Allah swt:
“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (ali imron : 110)
Hanya dengan dakwah, manusia akan mencapai kemuliaan dan kejayaannya seperti yang pernah tertoreh dalam tinta emas sejarah kemanusiaan. Karena hal itu menunjukkan, bahwa mereka peduli dan menaruh perhatian besar terhadap keadaan kehidupan di sekelilingnya demi kebaikan, kesejahteraan dan kemuliaan hidup umat manusia.
4.      Tanpa Dakwah Manusia Menuju Ke Jurang Kehancuran
Dakwah berarti menyeru atau mengajak manusia kepada suatu sistem yang diridloi Allah swt, yaitu islam. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah swt. dan Allah maha mengetahui mana yang terbaik untuk mereka dengan memberikan kepada mereka rambu-rambu sehingga tercipta kehidupan yang teratur dan tenang. Karena itulah Allah swt mengutus para rosul untuk menyampaikan risalahnya kepada manusia. Supaya mereka berjalan di atas sistem yang telah Allah gariskan bagi mereka. Tetapi ketika mereka tidak mau berjalan di atas sistem atau menolak apa yang telah dibawa oleh para nabi dan rosul berarti mereka telah menjeburkan diri mereka ke dalam jurang kehancuran. Sebagaimana firman Allah swt :
 “dan peliharah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (al-anfal : 25)
Dalam sebuah riwayat dari zainab binti jahsy, ia bertanya, “wahai Rosulullah saw apakah kita akan binasa padahal di tengah-tengah kita ada orang – orang yang sholih? Rosulullah saw menjawab: “ya, apabila kemaksiatan telah merajalela.”
Dakwah mutlak diperlukan manusia, terlebih mereka sekarang hidup pada suatu masyarakat yang mengagung-agungkan kebebasan dan HAM (hak asasi manusia). Pelaku-pelaku kehancuran berbagai macamnya berupaya untuk merobohkan dan meruntuhkan nilai-nilai kebaikan. Sehingga kebebasan dan HAM  dianggap sebagai simbol kemajuan, sedang berpegang teguh terhadap ajaran agama dianggap sebagai keterbelakangan.
Dalam situasi (keadaan ) seperti ini, seandainya manusia menjauhi dakwah; seakan tidak lagi membutuhkan dakwah, maka masyarakat tersebut telah bersiap menuju jurang kehancuran.
Begitu juga manusia sekarang hidup di masa, dimana materi menjadi tujuan utama. Waktu (siang dan malam) mereka habiskan untuk mengejar materi. Mereka lalai akan hakikat tujuan diciptakannya manusia.  Banyak diantara mereka yang meninggalkan perintah Allah swt terutama sholat dan menghalalkan apa yang dilarang Allah swt  demi mendapatkan materi. Padahal, Hakikat kehidupan dunia hanyAllah sementara dan kenikmatan  yang fana, sedang akhirat adalah negri abadi selamanya. Keadaan seperti ini persis seperti yang pernah Rosulullah saw perkirakan jauh-jauh hari ketika bersabda:
“demi Allah ,tidaklah kemiskinan yang aku (Rosulullah saw ) khawatirkan menimpa kalian, tetapi aku khawatir dilapangkan (dibuka ) dunia pada kalian sebagaimana yang perenah terrjadi pada uamat sebelum kalian. Sehingga kalian berlomba-lomba (mengumpulkan dunia) sebagaimana mereka lakukan, yang menjadi sebab kehancuran kalian sebagaimana mereka dihancurkan.”
5.      Dakwah Adalah Investasi Amal Tanpa Batas
Rosulullah saw bersabda :
 “barang siapa yang menunjukkan kebaikan , maka baginya pahala seperti orang yang mengerjakannya.” Hr. abu dawud
Dari hadis diatas, diketahui bahwa orang yang senantiasa berdakwah mengajak manusia untuk berbuat baik sesuai yang diajarkan islam berarti ia telah berinvestasi untuk akhirat tanpa batas. Karena ia akan senantiasa mendapatkan pahala orang yang mengerjakan ibadah lantaran dakwahnya kepada dia. Hadis diatas dikuatkan dengan hadis yang diriwayatkan oleh abi hurairah, Rosulullah saw bersabda:
“apabila manusia meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendokan orang tuanya.” (hr. tirmidzi)[9]
Dakwah termasuk dalam kategori ilmu yang bermanfaat.
Dakwah lebih baik dari dunia, sebagaimana Rosulullah saw ketika berkata kepada Ali bin abi tholib:
“wahai ali, sungguh sekiranya Allah member hidayah seseorang karena dakwahmu, itu lebih baik bagimu daaripada unta merah.”(hr. bukhori muslim)
6.      Dakwah Adalah Lentera Hidup
Firman Allah swt:
“dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.”
Imam syakuani menyebutkan di dalam tafsirnya  : yaitu orang kafir yang Allah swt hidupkan dengan islam. Dan cahaya adalah hidayah dan iman.
III. PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manusia akan bahagia secara hakiki ketika hidupnya sesuai ajaran yang benar yakni ajaran islam yang mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh sesuai fitrah manusia. Kebahagian yang sesungguhnya berarti melahirkan kebaikan diri, masyarakat dan negara, mulia di hadapan Allah Swt., jauh dari jurang kehancuran, memiliki investasi amal tanpa batas dan memiliki lentera dalam kehidupan sehingga hidup tentram meski banyak permasalahan karena dihadapi dengan tenag dan tawakal. Manusia manapun semuanya mereka membutuhkan dakwah untuk hidupyang bahagia bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat nanti. Tanpa dakwah mereka hidup dalam kegelapan dan menuju ke jurang kehancuran. Dakwah tidak membutuhkan kita tetapi kita membutuhkan dakwah untuk sampai pada kebahagian yang hakiki. Wallahu a'lam
Referensi :
-          Ismail, Ilyas, Prio Hotman. Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama Dan Peradaban Islam. 2011. Kencana Prenada Media Group: Jakarta
-          http://dzulkifliamnan.blogspot.co.id/2012/06/kebutuhan-manusia-terhadap-dakwah.html?m=1 (Date browsing: Sun, 24 Oct 2015 07:11:51)
-          http://rumah-dakwah-indonesia.blogspot.com/2013/11/klasifikasi-madu-dan-pendapat-serta_28.html (24 oct 2015 07:15)
-          Miswan thohadi , quantum dakwah dan tarbiyah, Jakarta: al-I’tishom 2008, cet.1
-          Muhammad albukhori, shohih bukhori. Mesir: dar al-hadis, 2004. Cet. 5, juz4 hal 96 no 3158

-          Sunan tirmidzi, bab al-waqof, mesir: mustofa albabi alhalabi, juz3 hal 652. No 1376

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep Dasar Sistem

Dakwah Sunda