DAKWAH MENUNTUN MANUSIA PADA JALAN KEBAHAGIAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Semua manusia tentunya ingin
bahagia dalam kehidupannya, baik itu sedang dalam keadaan suka maupun duka
manusia tetap ingin bahagia karena rasa bahagia ini tergantung pada hati
manusia itu sendiri, ketika hati sudah baik maka apapun yang terjadi akan
dihadapi dengan baik; misalnya menghadapi musibah yang melanda diri atau
keluarganya tetapi hatinya ikhlas dan menerima sepenuh hati maka ia akan
bahagia dibalik kesedihannya karena pasti akan datang hikmah dan kebahagian
semua dikarenakan hati yang sudah terbimbing oleh ajaran islam, meyakini Al
qur’an dan hadits nabi saw.
Islam memulai perubahan itu
melalui pendidikan individu, pembinaan keluarga, masyarakat dan manusia secara
menyeluruh. Akhirnya, perubahan itu bermuara pada pembentukan masyarakat unggul
dan berdirinya umat dan bangsa yang ideal.
Islam menyiapkannya sejak
dini sebaik dan semaksimal mungkin sehingga kelak generasi muslim akan menjadi
anggota masyarakat yang bermanfaat dan menjadi manusia saleh. Manusia saleh
seperti itu merupakan prasyarat terbentuknya masyarakat ideal dan unggul. Apabila
ajaran islam dijalani dengan baik dan benar sejak awal, berarti kita sudah
meletakkan batu fondasi yang kokoh, yang siap menjadi insan saleh, yang bisa
memikul tanggung jawab dan beban hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan
sebagai hamba Allah.
B. Permasalahan
1. Manusia
adalah makhluk yang menerima amanah dari Allah Swt. Maka manusia harus
menjalankan amanah tersebut.
2. Manusia
ingin bahagia baik ketika dunia dan di kehidupan berikutnya tapi mengapa
manusia salah mengambil jalan?
3. Mengapa
manusia sulit menerima dakwah?
4. Mengapa
serasa begitu sulit untuk menjalankan ajaran islam?
5. Mengapa
dakwah semakin banyak dimana-mana namun umat islam belum menjadi umat terdepan?
6. Bagaimana
fungsi dakwah bisa membimbing umat manusia?
II. PEMBAHASAN
A. Rasul
Sebagai Perantara Untuk Menyampaikan Dakwah
Dakwah Rasulullah saw yang telah membawa
perubahan superbesar dalam sejarah kehidupan manusia memulai masa kenabiannya
di usia 40 tahun. Dan hanya dalam 23 tahun masa kenabiannya, beliau mampu
membangun dasar peradaban rabbani, yang menjunjung tinggi aspek superioritas
hukum Islam, keseimbangan peran dan kewajiban antarkomponen masyarakat.
Ketika ada pertanyaan bagaimana bisa
dalam waktu sesingkat itu dapat terbangun sebuah sistem yang mengalami masa
kejayaan selama berabad-abad, maka jawaban yang paling tepat adalah karena
Rasulullah menggunakan sistem ilahiyah dalam membangun peradabannya. Sistem
yang mengacu kepada kitabullah. Sistem ini integral dan komprehensif serta
mampu memecahkan seluruh persoalan hidup manusia.
Menurut Dr Ali Abdul Halim Mahmud
setidaknya ada 2 pilar pokok yang harus dibangun ketika kita ingin membangun
(kembali) sebuah peradaban rabbani. Pertama adalah pilar tarbawi (pembinaan dan
pendidikan), berupa pola belajar-mengajar, dengan ragam perangkatnya dengan
tujuan untuk menyempurnakan potensi pribadi. Kemudian yang kedua, yaitu pilar
tanzhimi (institusional) berupa pembangunan institusi internal masyarakat yang
mengatur kode etik dalam kehidupan bermasyarakat, dan institusi eksternal yang
mengatur kekuasaan dan hubungan antarbangsa.
Perubahan peradaban ini bisa dimulai.
Caranya dengan membangun kepribadian individu Muslim dengan Islam pada seluruh
aspek kehidupan. Kemudian pembentukan keluarga-keluarga shalihah dengan seluruh
nilai dan moralitasnya. Akhirnya akan terbentuk sistem masyarakat dengan
seluruh interaksi sosial dan pengaturannya yang dinaungi dalam wadah institusi
yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilahiyah.
Muaranya adalah perubahan peradaban.
Perubahan yang berakar pada tegaknya sistem nilai yang mengacu pada nilai-nilai
transendental dan ilahiyah. Peradaban yang di dalamnya terbentuk struktur
kemasyarakatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran ilahi.
B.
Semua Manusia Mengharapkan
Kebahagiaan
Manusia di muka bumi semua mengharapkan kebahagian
terutama kebahagian didalam kehidupan yang sedang dijalani bagi mereka yang
tidak percaya akan kehidupan setelah mati. Ketika seorang rasul diutus untuk
berdakwah menyampaikan kalimah-kalimah Allah dan mengajarkan manusia pada
kebenaran dan memberi kabar gembira serta peringatan yang pada intinya
memberikan jalan agar manusia itu bahagia dalam kehidupannya baik di dunia dan
di akhirat, kehidupan dunia yang hanya sementara yang dihinggapi dengan
dinamika yang silih berganti dan berputar ketika hati dan pikiran manusia
berada di jalan yang benar maka sesungguhnya manusia itu akan bahagia
menjalaninya dan terus melaksanakan ajaran yang telah disampaikan sebagai bekal
untuk kehidupan berikutnya.
Manusia adalah makhluk yang sanggup menerima amanah
dari Allah Swt. namun manusia pada dasarnya manusia dihinggapi dengan kedzaliman
dan kebodohan tetapi dengan dibekalinya manusia dengan akal dan hati sehingga
manusia bisa meninggikan derajatnya dengan memiliki iman dan ilmu disaat dakwah
itu muncul, namun permasalahannya tidak semua manusia menerima dakwah karena
semua yang terjadi merupakan kehendak Allah Swt. sehingga berikut adalah
klasifikasi manusia berdasarkan sikap mereka terhadap ajakan dakwah, yaitu
mukmin, kafir dan munafik.
Klasifikasi manusia dalam berbagai pola kepribadian
tersebut merupakan upaya untuk menjelaskan tentang manusia dan
menginterpretasikan tingkah laku mereka. Apabila dikatakan bahwa seseorang
termasuk dalam suatu pola tertentu, maka dengan mudah pribadi orang tersebut
dapat diuraikan dan tingkah lakunya dapat di interpretasikan. Keseluruhan
reaksi mad’u dalam menerima seruan dakwah diatas harus dihadapi dengan sabar
dan tawakal oleh para da’i. Sikap para da’i hanya berkewajiban menyampaikan apa
yang telah ditetapkan Allah sedangkan reaksi mad’u bukanlah merupakan tanggung
jawab da’i. Mereka mau menerima atau tidak merupakan tanggung jawab mereka
sendiri dihadapan Allah SWT.
C.
Situasi dan kondisi manusia
1.
Manusia sebagai Individu
“Individu” brasal dari kata latin, “individum” artinya
“yang tidak terbagi”. Individu merupakan sebutan yang dapat dipakai untuk
menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu adalah
seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas dalam lingkungan
sosialnya melainkan juga memiliki keperibadian serta pola tingkah laku yang
spesifik. Dalam dirinya terkandung tiga asfek yang saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya, yaitu aspek organik jasmaniah, psikis-rohaniah, dan aspek
sosial.
Dalam membentuk keperibadian seorang manusia, faktor
intern (bawaan) dan faktor ekstern (lingkungan) saling memengaruhi, pribadi
terpengaruh lingkungan dan lingkungan diubah oleh pribadi.
Secara psikologis manusia sebagai objek dakwah dibedakan oleh berbagai
aspek:
a.
Sifat-sifat keperibadian (
personality traits), yaitu adanya sifat-sifat manusia yang penakut, pemarah,
suka bergaul, pemarah, sombong dan sebagainya.
b.
Inteligensi yaitu aspek kecerdasan
seseorang mencakup kewaspadaan, kemampuan belajar dan kecepatan berpikir.
c.
Pengetahuanan (knowledge)
d.
Keterampilan (skill)
e.
Nilai-nilai (values)
f.
Peranan (roles)
Ketika dakwah dilakukan terhadap seorang individu,
perubahan individu harus diwujudkan dalam satu landasan yang kokoh serta
berkaitan erat dengannya. Pembinaan individu harus dilakukan berbarengan dengan
pembinaan masyarakat, pada saat yang sama masing-masing menunjang yang lain,
peribadi-pribadi tersebut menunjang terciptanya masyarakat dan masyarakat pun
mewarnai pribadi-pribadi itu dengan warna yang dimilikinya.
2.
Manusia sebagai Anggota Masyarakat
(Kelompok)
Manusia sebagai hakiki merupakan makhluk sosial, sejak
ia dilahirkan ia memerlukan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya.
Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah adalah salah satu unsur
yang penting dalam sistem dakwahyang tidak kalah perannya dibandingkan dengan
unsur-unsur dakwah yang lain. Abu Ahmadi mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan
masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.
Masyarakat yang merupakan sasaran dakwah (objek
dakwah) tersebut meliputi masyarakat yang dilihat dari berbagai segi:
1.
Sasaran yang menyangkut kelompok
masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan,
kota besar dan kecil serta masyarakat daerah marginal dari kota besar.
2.
Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat
dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan
keluarga.
3.
Sasaran yang berupa kelompok
masyarakat dilihat dari segi sosiokultural berupa golongan priayi, abangan, dan
santri. Klasifikasi ini terutama terletak dalam masyarakat jawa.
4.
Sasaran yang berhubunga dengan
golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak,
remaja, dan orang tua.
5.
Sasaran yang berhubungan dengan
golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional (pofesi atau pekerjaan)
berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negri
(administrator).
6.
Sasaran yang menyangkut golongan
masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial-ekonomis berupa golongan
orang kaya, menengah dan miskin.
7.
Sasaran yang menyangkut kelompok
masyarakat dilihat dari jenis kelamin berupa golongan peria, wanita, dan
sebagainya.
8.
Sasaran yang berhubungan dengan
golongan dilihat dari segi khusus berupa golongan masyarakat tunasusila,
tunawisma, tunakarya, narapidana, dan sebagainya.
D.
Kebutuhan Manusia terhadap Dakwah
Menuju Kebahagiaan
Kebahagian
yang sesungguhnya berarti melahirkan kebaikan diri, masyarakat dan negara,
mulia di hadapan Allah Swt., jauh dari jurang kehancuran, memiliki investasi
amal tanpa batas dan memiliki lentera dalam kehidupan sehingga hidup tentram
meski banyak permasalahan karena dihadapi dengan tenag dan tawakal.
1. Dakwah
Adalah Jalan Menuju Bahagia
Orang-orang yang berjalan di atas
dakwah akan merasa bahagia karena mereka melaksanakan perintah Allah swt.
Dengan dakwah hati manusia menjadi tenang dan lapang, karena hidayah Allah swt.
sebagaimana digambarkan Allah swt dalam surat al-an’am ayat 125:
“ Barangsiapa
yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi
sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada
orang-orang yang tidak beriman.”
Jiwanya tenang tidak gelisah,
karena jiwa mereka terlepas dari segala penghambaan syahwat dan dunia dan
menundukkannya hanya kepada Allah swt semata. Seperti yang ditulis fathi yakan
di dalam bukunya “musykilatu al-dakwah wa al-daiyah” : “para pelaku dakwah
terbebas dari segala penghambaan dunia dan syahwat, sehingga mereka tidak
merasakan rasa bahagia kecuali dengan mentaati Allah swt, tidak mengenal jihad
(perjuangan) kecuali sebagai pintu menuju kesyahidan dan pintu menuju syurga
Allah swt dan memperoleh ridhonya. firman Allah swt :
“janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup[5]disisi Tuhannya dengan
mendapat rezki.
mereka dalam
Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan
mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang
belum menyusul mereka,bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.” (ali imron : 169-170)
Ayat diatas adalah hiburan bagi
para dai yang berjuang di jalan Allah swt karena Allah swt berjanji akan
memberikan kebahagiaan kepada mereka di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
2. Dakwah
Melahirkan Kebaikan Pada Diri, Masyarakat Dan Negara
Miswan thohadi dalam bukunya
“quantum dakwah dan tarbiyah” mengatakan : “Dakwah Selain kewajiban syariat,
dakwah juga merupakan kebutuhan manusia secara universal. Artinya setiap
manusia dimanapun ia berada tidak akan pernah hidup dengan baik tanpa dakwah.
Dakwahlah yang akan menuntun manusia kepada kebaikan. Sedangkan menjadi ahli
kebaikan adalah kebutuhan dasar setiap orang. Maka jangan pernah terpikir
sediitpun untuk menjauh dari dakwah dengan alas an apapun. Justru ketika kita
merasa kesulitan menjadi baik, maka dakwah inilah yang akan membantu kita
memudahkannya. Semakin kita merasa berat meniti jalan islam, semakin besar pula
kebutuhan kita terhadap dakwah.
Dakwah adalah kebutuhan setiap
manusia, terlebih bagi sang dai sendiri. Menjadi sholih adalah kemestian atas setiap
muslim dan menjadi dai adalah jalan yang paling efektif untuk menjadi sholih.
Para nabi dan rosul Allah adalah para dai pejuang penegak agama Allah, disaat
yang sama mereka juga harus mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Allah swt
berfirman;
"Dia telah
mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu
seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali
(kepada-Nya)." (assyura; 13)
“ siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. sifat-sifat yang baik itu
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang
besar.” (fushilat: 33-35)
Dari sini diketahui bahwa ketika
kebaikan itu telah tertanam pada tiap individu, kemudian dari individu ini
melahirkan sebuah keluarga yang baik, kemudian dari kumpulan keluarga akan
melahirkan masyarakat yang baik, dan tidaklah mustahil dari
masyarakat-masyarakat yang telah tertanam ruh kebaikan akan melahirkan negara
yang baik pula.
3. Dakwah
Menjadikan Manusia Menjadi Mulia
Firman Allah swt:
“dan inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah
dia, dan janganlah engkau ikuti jalan-jalan lain, karena itu semua akan
menyesatkanmu dari jalanNya. Itulah yang telah diwasiatkan kepadamu agar kamu
bertaqwa.” (al-an’am : 153)
Dakwah dalam perspektif yang luas
merupakan jalan untuk membangun sistem kehidupan masyarakat yang mengarahkan
umat manusia menuju penghambaan totalitas dalam semua dimensi kehidupan mereka
hanya kepada Allah swt. jika prosesi ini berjalan dengan baik maka akan
tercipta sebuah tatanan masyarakat yang harmonis, yang menjunjung tinggi nilai
kemuliaandan menghindarkann diri dari prilaku keji yang berujung pada kehinaan.
Jalan dakwah inilah yang telah ditempuh oleh Rosulullah saw dan para rosul
sebelumnya. Di atas jalan ini pula mereka mengerahkan segenap potensi yang
dimiliki untuk membangun kemulian umat.
Tetapi ketika manusia menjauhi
dakwah islam, sehingga egoisme menguasai seluruh elemen bangsa ini. Dimana
pedagang hanya mementingkan keuntungan perdagangannya, pegawi hanya
mementingkan pekerjaannya, dan begitu seterusnya masing-masing larut dengan urusannya
tanpa mempedulikan kebaikan orang lain. Egosime inilah yang telah mencabut rasa
percaya satu sama lain di antara warga masyarakat, yang memutuskaan ikatan
kasih sayangantar anggota keluarga, dan melemahkan ikatan kemanusiaan antar
manusia. Padahal manusia membutuhkan
kerja sama untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan problema kehidupan.
Di sini, dakwah berperan memberikan harapan akan lenyapnya egosime dari
masyarakat kita.
Karena itulah Allah mensifati umat
dakwah sebagai umat terbaik, karena menyuruh
kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar demi kemuliaan hidup bersama.
Firman Allah swt:
“ kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (ali imron : 110)
Hanya dengan dakwah, manusia akan
mencapai kemuliaan dan kejayaannya seperti yang pernah tertoreh dalam tinta
emas sejarah kemanusiaan. Karena hal itu menunjukkan, bahwa mereka peduli dan
menaruh perhatian besar terhadap keadaan kehidupan di sekelilingnya demi
kebaikan, kesejahteraan dan kemuliaan hidup umat manusia.
4. Tanpa
Dakwah Manusia Menuju Ke Jurang Kehancuran
Dakwah berarti menyeru atau
mengajak manusia kepada suatu sistem yang diridloi Allah swt, yaitu islam.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah swt. dan Allah maha mengetahui mana yang
terbaik untuk mereka dengan memberikan kepada mereka rambu-rambu sehingga
tercipta kehidupan yang teratur dan tenang. Karena itulah Allah swt mengutus
para rosul untuk menyampaikan risalahnya kepada manusia. Supaya mereka berjalan
di atas sistem yang telah Allah gariskan bagi mereka. Tetapi ketika mereka
tidak mau berjalan di atas sistem atau menolak apa yang telah dibawa oleh para
nabi dan rosul berarti mereka telah menjeburkan diri mereka ke dalam jurang
kehancuran. Sebagaimana firman Allah swt :
“dan peliharah dirimu dari siksaan yang tidak
khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa
Allah amat keras siksaan-Nya.” (al-anfal : 25)
Dalam sebuah riwayat dari zainab
binti jahsy, ia bertanya, “wahai Rosulullah saw apakah kita akan binasa padahal
di tengah-tengah kita ada orang – orang yang sholih? Rosulullah saw menjawab:
“ya, apabila kemaksiatan telah merajalela.”
Dakwah mutlak diperlukan manusia,
terlebih mereka sekarang hidup pada suatu masyarakat yang mengagung-agungkan
kebebasan dan HAM (hak asasi manusia). Pelaku-pelaku kehancuran berbagai
macamnya berupaya untuk merobohkan dan meruntuhkan nilai-nilai kebaikan.
Sehingga kebebasan dan HAM dianggap
sebagai simbol kemajuan, sedang berpegang teguh terhadap ajaran agama dianggap
sebagai keterbelakangan.
Dalam situasi (keadaan ) seperti
ini, seandainya manusia menjauhi dakwah; seakan tidak lagi membutuhkan dakwah,
maka masyarakat tersebut telah bersiap menuju jurang kehancuran.
Begitu juga manusia sekarang hidup
di masa, dimana materi menjadi tujuan utama. Waktu (siang dan malam) mereka
habiskan untuk mengejar materi. Mereka lalai akan hakikat tujuan diciptakannya
manusia. Banyak diantara mereka yang
meninggalkan perintah Allah swt terutama sholat dan menghalalkan apa yang
dilarang Allah swt demi mendapatkan
materi. Padahal, Hakikat kehidupan dunia hanyAllah sementara dan
kenikmatan yang fana, sedang akhirat
adalah negri abadi selamanya. Keadaan seperti ini persis seperti yang pernah
Rosulullah saw perkirakan jauh-jauh hari ketika bersabda:
“demi Allah
,tidaklah kemiskinan yang aku (Rosulullah saw ) khawatirkan menimpa kalian,
tetapi aku khawatir dilapangkan (dibuka ) dunia pada kalian sebagaimana yang
perenah terrjadi pada uamat sebelum kalian. Sehingga kalian berlomba-lomba
(mengumpulkan dunia) sebagaimana mereka lakukan, yang menjadi sebab kehancuran
kalian sebagaimana mereka dihancurkan.”
5. Dakwah
Adalah Investasi Amal Tanpa Batas
Rosulullah saw bersabda
:
“barang siapa yang menunjukkan kebaikan ,
maka baginya pahala seperti orang yang mengerjakannya.” Hr. abu dawud
Dari hadis diatas, diketahui bahwa
orang yang senantiasa berdakwah mengajak manusia untuk berbuat baik sesuai yang
diajarkan islam berarti ia telah berinvestasi untuk akhirat tanpa batas. Karena
ia akan senantiasa mendapatkan pahala orang yang mengerjakan ibadah lantaran
dakwahnya kepada dia. Hadis diatas dikuatkan dengan hadis yang diriwayatkan
oleh abi hurairah, Rosulullah saw bersabda:
“apabila manusia
meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; yaitu shodaqoh jariyah,
ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendokan orang tuanya.” (hr.
tirmidzi)[9]
Dakwah termasuk dalam kategori ilmu yang bermanfaat.
Dakwah lebih baik dari dunia,
sebagaimana Rosulullah saw ketika berkata kepada Ali bin abi tholib:
“wahai ali, sungguh
sekiranya Allah member hidayah seseorang karena dakwahmu, itu lebih baik bagimu
daaripada unta merah.”(hr. bukhori muslim)
6. Dakwah
Adalah Lentera Hidup
Firman Allah
swt:
“dan
Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada
dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?
Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah
mereka kerjakan.”
Imam
syakuani menyebutkan di dalam tafsirnya
: yaitu orang kafir yang Allah swt hidupkan dengan islam. Dan cahaya
adalah hidayah dan iman.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia akan
bahagia secara hakiki ketika hidupnya sesuai ajaran yang benar yakni ajaran
islam yang mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh sesuai fitrah manusia. Kebahagian
yang sesungguhnya berarti melahirkan kebaikan diri, masyarakat dan negara,
mulia di hadapan Allah Swt., jauh dari jurang kehancuran, memiliki investasi
amal tanpa batas dan memiliki lentera dalam kehidupan sehingga hidup tentram
meski banyak permasalahan karena dihadapi dengan tenag dan tawakal. Manusia
manapun semuanya mereka membutuhkan dakwah untuk hidupyang bahagia bukan hanya
di dunia tapi juga di akhirat nanti. Tanpa dakwah mereka hidup dalam kegelapan
dan menuju ke jurang kehancuran. Dakwah tidak membutuhkan kita tetapi kita
membutuhkan dakwah untuk sampai pada kebahagian yang hakiki. Wallahu a'lam
Referensi
:
-
Ismail,
Ilyas, Prio Hotman. Filsafat Dakwah
Rekayasa Membangun Agama Dan Peradaban Islam. 2011. Kencana Prenada Media
Group: Jakarta
-
http://dzulkifliamnan.blogspot.co.id/2012/06/kebutuhan-manusia-terhadap-dakwah.html?m=1 (Date browsing: Sun,
24 Oct 2015 07:11:51)
-
http://rumah-dakwah-indonesia.blogspot.com/2013/11/klasifikasi-madu-dan-pendapat-serta_28.html
(24 oct 2015 07:15)
-
Miswan
thohadi , quantum dakwah dan tarbiyah, Jakarta: al-I’tishom 2008, cet.1
-
Muhammad
albukhori, shohih bukhori. Mesir: dar al-hadis, 2004. Cet. 5, juz4 hal 96 no
3158
-
Sunan
tirmidzi, bab al-waqof, mesir: mustofa albabi alhalabi, juz3 hal 652. No 1376
Komentar
Posting Komentar